Jika
Bagian
pertama
Mungkin
masih jelas di ingatan kita, sebuah potongan lirik sebuah lagu yang berbunyi
“Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepada-Nya?”. Sebuah
kalimat yang sederhana sekali, namun sebenarnya sangat menyentuh sisi keriligiusan
kita semua. Ketika memang nantinya setelah kehidupan usai dan kita menemui
kematian, apakah memang yang dituliskan dan sering disebutkan dalam kitab suci
tentang akhirat, surga, dan neraka benar adanya? Kalau memang ada, berarti
nantinya manusia akan mendapatkan tempat di akhirat sesuai dengan apa yang
mereka lakukan semasa hidupnya. Di mana mereka nantinya di akhirat akan
mencerminkan perbuatan mereka di dunia. Yang perlu jadi pemikiran, adalah jika
ketika kematian datang menjemput, tidak ada kehidupan setelahnya. Apakah kita
semua akan menyesal nantinya mengapa harus susah-susah menjalankan shalat dan
segala kewajiban lainnya? Warga muslim yang taat menjalankan ibadah pun
sekarang masih kalah makmur dan sejahtera dibandingkan warga non-muslim dimanapun
di dunia. Mereka tidak melaksanakan perintah Allah. Para petinggi dan pengusaha
kaya yang korupsi ataupun melakukan kecurangan dalam usahanya tak akan mendapat
ganjarannya setelah mati nanti. Hanya akan membusuk seperti halnya mahluk hidup
lainnya. Apa mungkin surga dan neraka hanya menjadi sarana penghibur bagi
orang-orang iri terhadap kesejahteraan
orang-orang kafir?
Bagian
Kedua
Pernahkah
kalian ditanyakan sebuah pertanyaan, “Anda Islam dari siapa?”, apa yang akan
anda jawab? Sebagian besar dari kalian mungkin akan menjawab, “Islam dari
kecil”, atau “Karena orang tua Islam, jadi saya ikut Islam juga”. Dan anda akan
diberikan kesimpulan bahwa, jika anda tidak dilahirkan dalam keluarga Islam,
bisa dipastikan anda bukan muslim. Kalau misalnya anda dari lahir tidak
mengenal Islam, lalu diberi kesempatan saat sudah cukup dewasa untuk memilih
agama atau kepercayaan yang anda inginkan, akankah anda memilih Islam? Atau
anda akan memilih agama atau kepercayaan lain? Atau anda memutuskan tidak
beragama sama sekali sampai akhir hayat?
Toh, jika anda tidak beragama sama sekali, anda tidak perlu memikirkan
hukuman atau dosa saat tidak melaksanakan kewajiban ritual ataupun non-ritual.
Anda hanya perlu melakukan hal-hal yang anda suka asal tidak merugikan orang
lain, dan berbuat baik pada sesama. Bukankah itu sudah cukup? Hidup orang tak
beragama pun sejauh ini baik-baik saja, mereka hidup tenang, bahagia, dan
damai. Dan apakah itu yang kini diidam-idamkan semua orang di dunia?
Bagian
Ketiga
Berbicara
Al-Qur’an yang bahasanya mengandung makna yang implisit, pasti ada banyak
tafsir yang beredar di masyarakat. Yang perlu jadi pemikiran dan pemikiran kita
adalah, apakah tafsir yang kini kita pilih dan gunakan sebagai dasar sudah
sesuai dengan apa yang Allah maksudkan dan tujukan kepada kita? Jangan-jangan
selama ini, tafsir yang kita gunakan itu salah. Dan kita tidak tahu itu salah
sampai kita mati nanti. Ujung-ujungnya malah apa yang kita percayai benar malah
menjerumuskan kita ke neraka.
Banyak
kita saksikan, sebut saja fraksi-fraksi yang memiliki tafsir-tafsir yang mereka
percayai saling beradu argumen bahkan beradu otot untuk mempertahankan apa yang
mereka percayai. Oke, bolehlah jika adu argumen, tapi adu otot? Apa kepercayaan
itu bisa ditegakkan dan dipertahankan dengan itu? Apakah pemenang dari adu otot
itu yang memiliki kepercayaan yang faqih dan benar bisa membawa kita menuju
surga? Bahkan MUI pun terkadang mengeluarkan fatwa yang di luar pakem. Seperti mengharamkan
BBM bersubsidi, mengharamkan olahraga tinju, bahkan ada MUI lokal yang
mengharamkan facebook. Ada apa gerangan dengan hukum Islam saat ini?
Hukum-hukum yang dikeluarkan, seperti hanya menjadi olok-olok masyarakat.
Apakah kini MUI masih bisa menjadi acuan hukum umat Islam jika kita melihat berbagai
macam hukum-hukum yang dikeluarkan oleh MUI yang menjadi bahan tertawaan ini?
Masih percayakah anda terhadap hukum-hukum Islam yang ada saat ini? apakah
dengan mematuhi hukum-hukum tersebut, anda percaya akan membawa perubahan?
Terakhir
Jika
anda merenungi pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan kepada anda pada tiga
bagian di atas, mungkin sebagian dari anda akan marah, jengkel, tersindir,
muak, atau bahkan akan memaki-maki saya sebagai penulis. Tapi perlu anda
ketahui juga, mungkin bukan sekarang atau mungkin nanti, anda sekalian akan
dihadapkan pada pertanyaan yang akan membuat hati anda tergores, atau malah
anda sudah pernah dihujami oleh pertanyaan yang lebih ‘kejam’ daripada ini.
Pertanyaan yang mengguncang jati diri anda sebagai seorang muslim. Jika memang
anda dihadapkan pada kenyataan seperti di atas, apa yang akan anda lakukan?
Sebagai umat muslim yang bahkan kini selalu dikaitkan dengan pedang sebagai
alat dakwah. Sebagai umat muslim yang selalu dipandang sebagai teroris. Sebagai
umat muslim yang dipandang remeh dan sebelah mata oleh dunia. Apa? Apa yang
akan anda lakukan? Kaum agnotis, kaum atheis, dan kaum-kaum yang lain siap
siaga untuk mencabut identitas anda sekalian sebagai umat muslim. Siapkah anda
menghadapi perang intelekual dan emosional seperti ini? Bukan dengan otot,
pedang, senapan mesin, atau bahkan alat perang yang mampu menghancurkan bumi,
namun dengan akal dan hati, dengan pemikiran, dengan logika yang sudah
diberikan oleh Allah SWT. Sanggupkah anda?
Dan jika, jika surga dan neraka memang tak akan pernah ada, masihkah,
masihkah kau sekalian akan selalu tunduk dan sujud kepada-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar